Halaman

Sabtu, 01 Desember 2012





go to school ^^

Gejala Rasa - Psikologi



BAB I
PENDAHULUAN
Perasaan melatarbelakangi dan sering kali mendasari aktivitas-aktivitas manusia. Karena itu dalam memberikan pendidikan seharusnya diusahakan adanya perasaan yang dapat  membantu pelaksanaan usaha yang sedang dilakukan itu. Kita umumnya tahu bahwa kegembiraan bersifat menggiatkan, kekecewaan melembekkan, melemahkan. Karena itu alangkah baiknya kalau pendidikan dan pengajaran yang diberikan dapat diterima oleh peserta didik dalam suasana gembira.
Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, mengkhayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendatipun demikian perasaan bukanlah hanya sekedar gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri. Perasaan juga seringkali bersangkut paut dengan gejala jasmaniah tetapi tokh juga tetap fungsi tersendiri.1












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Perasaan
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal.
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Menurut Prof.Hukstra, Perasaan adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang.
Definisi lain, Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
*      Unsur-unsur perasaan :
-          Bersifat subjektif daripada gejala mengenal.
-          Bersangkut paut dengan gejala mengenal.
-          Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
*      Sifat-sifat perasaan :
-          Senang dan tidak senang
-          Kuat dan lemah
-          Lama dan tidak lama
-          Relatif
-          Tidak berdiri sendiri sebaagai pernyataan jiwa
*      Golongan orang menurut keadaan perasaannya :
-          Golongan Eukoloi : ialah golongan orang yang selalu merasa tenang, genbira, dan optimis.
-          Golongan Diskoloi : ialah golongan orang yang selalu merasa tidak tenang, murung, dan pesimis.
                                                    
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu, tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Sebagai contoh, ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan rasa senang  dan kagum, singkatnya dia menilai bahwa lukisan “bagus”. Seseorang yang lain menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisan tersebut tidak menarik perhatiannya. Dengan lain perkataan dia menilai lukisan itu “tidak bagus”. Baik penilaian bagus atau tidak bagus kesemuanya bersifat subjektif dan subjektivitas ini berhubungan erat dengan keadaan pribadi masing-masing.
Karena adanya sifat subjektif pada perasaan inilah, maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan gejala mengenal, tidak dapat disamakan dengan pengamatan, pikiran dan sebagainya.
Pengenalan hanya bersandar pada hal-hal yang ada, berdasarkan pada kenyataan. Sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang mengalaminya.
Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa mengenal dan sebaliknya, pada suatu ketika ada gejala perasaan yang menertai peristiwa mengenal.
Gejala perasaan kita tergantung pada :
a)      Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar.
b)      Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
c)      Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya. Maka selain faktor pengaruhi perasaan seperti tersebut diatas, masih banyak hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan keluarga, suasana rumah tangga, lingkungan sosial, pendidikan, jabatan, pergaulan, sehari-hari, cita-cita hidup, dan sebagainya. Dalam kehidupan modern banyaklah bermacam-macam alat yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi, seperti : televisi, radio, film, gambar majalah-majalah, dan lain-lain.
    
B.     Tingkat dan Kekuatan (Intensitas) Perasaan
a)      Perasaan yang menyertai peristiwa yang sedang dialami (misalnya pengamatan, berpikir) lebih kuat daripada perasaan yang timbul atas sesuatu ingatan.
b)      Perasaan tidak senang yang disebabkan  oleh rasa pengecap dan bau, lebih kuat daripada perasaan yang disebabkan oleh pendengaran dan penglihatan.
c)      Perasaan bergantung pada keadaan (kondisi) jasmani dan rohani pada suatu saat.
d)     Kekuatan perasaan akan berkurang, kalau hal-hal yang menimbulkan  perasaan tersebut berlangsung terlalu lama dan berulang-ulang.

C.    Pembagian Perasaan
Jiwa manusia merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi-bagi atas bagian-bagian yang berdiri sendiri. Untuk memudahkan peninjauan, telah dicoba membagi perasaan yang satu dengan yang lain mempunyai hubungan yang erat digolongkan menjadi satu, sebenarnya ada bermacam-macam pembagian perasaan, dan pembagian yang umum dipakai ialah :
1.      Perasaan Jasmani
1)      Perasaan Penginderaan
2)      Perasaan Biologis
2.      Perasaan rohani (kejiwaan)
1)      Perasaan Ke-Tuhanan
2)      Perasaan Kesusilaan
3)      Perasaan Sosial
4)      Perasaan Keindahan
5)      Perasaan Harga diri
6)      Perasaan Intelek
Penjelasan:
1.      Perasaan Kewiyasaan, sering disebut perasaan jasmaniah dan perasaan biologi. Perasaan ini berhubungan erat dengan kejasmanian dan fungsi-fungsi hidup yang lain. Yang termasuk dalam perasaan biologis ini antara lain:
ü  Perasaan yang berhubungan dengan penglihatan, pengecapan, bau, panas, dingin, kasar, halus, dan sebagainya.
ü  Perasaan yang berhubungan dengan pencernaan makan, peredaran darah, sakit, letih, dan sebagainya.
ü  Perasaan yang berhubungan dengan instink, makan, lapar, takut, dan sebagainya.
2.      Perasaan Kejiwaan, disebut juga perasaan rohaniah, karena berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat kerohanian/kejiwaan. Sebab itu perasaan ini sering disebut juga perasaan luhur atau tinggi. Yang termasuk perasaan kejiwaan ialah:
1)                  Perasaan Ke-Tuhanan
Yaitu perasaan kejiwaan yang tertinggi pada manusia. Perbuatan manusia yang luhur dan suci berpusat pada rasa ke-Tuhanan ini. Ilham dan inspirasi diperoleh adanya rasa ke-Tuhanan.
Perasaan ke-Tuhanan ialah perasaan yang timbul dalam mengetahui adanya Tuhan. Misalnya, orang akan merasa bahagia, kalau ia merasai, bahwa Tuhan selalu melindungi dan dekat padanya. Sebaliknya, orang akan selalu cemas, kalu ia mengetahui adanya Tuhan, tetapi ia sering berbuat tidak sesuai dengan ajaran-ajaranNya.
Tiap-tiap manusia mempunyai benih perasaan ke-Tuhanan yang meliputi perasaan yakin akan adanya Tuhan, percaya atas sifat-sifat Tuhan yang serba sempurna, percaya atas segala kekuasaan Tuhan, percaya dan taat kepada Tuhan beserta hukum-hukum-Nya, sehingga segala perbuatan dan usaha di dunia dapat menjiwai pula persiapan-persiapan hidup di dunia sana (akhirat).
            Perasaan ke-Tuhanan membawa rasa takut melanggar hukum Tuhan, takut berdosa, merasa kecil dalam menyaksikan ciptaan dan kodrat Tuhan, yang akhirnya hormat terhadap keagungan Tuhan dan mengagungkan Tuhan.
2)      Perasaan Kesusilaan (Ethis)
                        Kesusilaan ialah segala sesuatu yang berhubungan dengan penghayatan kita terhadap hal-hal baik dan buruk, yang benar dan yang salah.
                        Dalam menghayati sesuatu dapat timbul perasaan kesusilaan yang positif, yakni perasaan yang timbul karena menyaksikan perbuatan yang baik, dan perasaan kesusilaan negatif, yakni perasaan yang timbul karena menyaksikan perbuatan buruk.
                        Dalam kelakuan perbuatan ada kemungkinan timbul perasaan yang positif dan negatif, artinya perbuatan kebajikan akan membawa perasaan senang, puas dan sebagainya. Dan perbuatan jahat menimbulkan perasaan salah atau berdosa.
                        Perasaan kesusilaan berhubungan erat dengan perbuatan kesusilaan. Perbuatan kesusilaan tidak terjadi karena spontanitas atau hasil berpikir saja, melainkan berhubungan erat dengan segi-segi kerohanian yang lain, misalnya: perhatian, motif-motif, dan pandangan hidup, kesadaran akan hak dan kewajiban dalam masyarakat, norma-norma, hidup yang dihayati, akhlah, dan sebagainya.
3)      Perasaan Sosial (Perasaan Kemasyarakatan)
                        Perasaan sosial ialah, perasaan yang timbul karena melihat keadaan masyarakat. Perasaan ini berhubungan dengan bagaimana pendapat kita terhadap sesama manusia, di mana tanggapan sesama akan menimbulkan perasaan kemasyarakatan. Misalnya, ada orang yang acuh tak acuh, meskipun ia mengetahui masyarakatnya rusak atau mundur. Ada pula orang yang baru melihat keadaan masyarakat, ia sudah merasa berkewajiban.
                        Orang yang terlalu tebal perasaannya terhadap masyarakat disebut orang altruis, dan yang terlalu memusatkan perasaannya kepada diri sendiri, disebut egois.
                        Dalam kemasyarakatan terdapat berbagai corak dan bentuk hubungan sosial, terdapat berbagai ragam adat dan kebiasaan. Dalam tata kehidupan masyarakat timbul interaksi (hubungan saling pengaruh) antar anggota masyarakat. Hubungan saling pengaruh ini menimbulkan berbagai reaksi psikis, diantaranya perasaan sosial, umpamanya: kasih sayang, benci, bersahabat, permusuhan, dengki, dendam, iri, cinta, dan sebagainya.

                        Jenis-jenis perasaan yang berhubungan dengan perasaan sosial ialah:
a)      Simpati : se-perasaan terhadap seseorang.
b)      Perasaan sosial : perasaan yang mengenai masyarakat.
c)      Egoisme : paham kesusilaan yang mementingkan diri sendiri.
d)     Altruisme : paham kesusilaan yang banyak mementingkan ikut serta merasakan kepentingan orang banyak.
e)      Perasaan kebangsaan : perasaan cinta terhadap bangsanya.
f)       Chauvinisme : paham kesusilaan yang membanggakan bangsa sendiri secara berlebih-lebihan.


4)      Perasaan Keindahan (Aesthetis)
Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang menghayati sesuatu yang indah atau tidak indah.
Pendapat tentang bagus tidaknya sesuatu itu bersifat subjektif. Kerap kali apa yang terasa indah bagi seseorang, mungkin bagi orang lain terasa buruk. Sebuah lagu seriosa bagi si A terasa sangat indah, sedang bagi si B belum tentu demikian. Dari contoh di atas dikatakan bahwa cita rasa mereka tidak sama. Cita rasa ialah semacam ukuran yang kita pergunakan sewaktu menaggapi sesuatu yang bagus atau jelek.
               Perasaan keindahan ini ada 2 macam, yaitu:
ü  Negatif
Perasaan keindahan yang negatif ialah perasaan yang timbul kalau kita mengindera sesuatu yang buruk.
ü  Positif
Perasaan keindahan yang positif ialah perasaan keindahan yang timbul kalu kita mengindera sesuatu yang baik
        Perasaan ini tentu saja tidak sama dengan seniman. Dan perasaan ini dipengaruhi oleh :
-          Umur dan jenis kelamin
-          Jiwa (bakat) seseorang
-          Jiwa bangsa
-          Tingkat kebudayaan, dll
5)      Perasaan Harga diri
Perasaan harga diri ialah perasaan yang ada pada seseorang tentang harga dirinya sendiri. Perasaan ini timbul jika kita menyadari berharga atau tidaknya diri kita. Ada orang yang merasa dirinya tidak berguna dapat berbuat sesuatu. Perasaan semacam ini termasuk perasaan harga diri.
Macam-macam perasaan harga diri :
a.       Perasaan harga diri positif
Perasaan ini timbul apabila kita merasa dapat melakukan sesuatu atau kita puas terhadap sesuatu keadaan.
b.      Perasaan harga diri negatif
Perasaan ini timbul kalau seseorang merasa tidak mampu melakukan sesuatu, merasa kurang, merasa lebih rendah dari yang terlalu negatif (interior), dapat menimbulkan sifat pemalu, ragu-ragu, merasa dirinya kecil, rendah hati, gelisah, segan, kecil hati, dan sebagainya.
c.       Perasaan harga diri kurang
Perasaan ini timbul kalau seseorang merasa dirinya kurang berharga daripada orang lain karena berbagai sebab.

6)      Perasaan Intelek
Perasaan intelektual adalah perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (fikiran) dalam menyelesaikan problem-problem yang dihadapi.
Perasaan ini timbul sewaktu kita menghadapi pekerjaan-pekerjaan yang harus diselesaikan dengan akal. Perasaan intelek ini ada yang berupa perasaan suka, yakni apabila kita dapat menemukan penyelesaian tentang kesulitan yang dihadapi. Disamping itu ada perasaan tidak suka, yakni kalau kita tidak dapat menyelesaikan soal-soal yang kita hadapi. Perasaan intelektual ini dapat memberi dorongan-dorongan untuk tekun mengadakan penelitian dan memperkuat dorongan-dorongan ke arah ilmu pengetahuan.

D.    GANGGUAN PERASAAN
Orang- orang yang normal perasaannya bergerak diantara senang dan tidak senang.
Perasaan sangat dipengaruhi oleh keadaan luar seperti pengalaman hidup yang yang pahit, keadaan sosial ekonomi yang buruk, dsb. Sebaliknya hidup dibentuk oleh perasaan. Jadi ada hubungan timbal balik antara perasaan dan pengalaman hidup.
Macam-macam gangguan perasaan :
a)      Melancholia atau depresi
Perasaan ini mempunyai ciri negatif, misalnya selalu murung, muram, susah, melihat dunia luar dengan kegelapan. Kejadian-kejadian di luar yang menggembirakan tidak membawa perubahan apa-apa pada perasaannya. Perasaan melancholia kerap kali bersumber pada perasaan takut dan tidak tahu jalan keluarnya. Karena itu besar kemungkinannya perasaan melancholia berakibat adanya peristiwa bunuh diri.
b)      Maniso
Orang yang menderita maniso mempunyai ciri-ciri terlalu lincah dan seolah-olah tidak pernah mengenal kesulitan. Jalan pikiran penderita maniso kabur dan terputus-putus. Pengalaman hidup yang pahit/pedih menimbulkan reaksi semacam, dan dipandang sebagai cara melindungi diri dari peristiwa-pwristiwa yang tidak menyenangkan. Dia tertawa-tawa, tetapi tertawanya hambar dan kadang-kadang sinis.
c)      Apathesia
Penderita hampir-hampir atau sama sekalitidak menunjukkan perasaannya. Perasaannya sudah tumpul sama sekali. Penderita tidak peduli terhadap keadaan-keadaan di luar, apakah keadaan itu menyenangkan atau menyedihkan, tetap tidak akan menggerakkan pada jiwanya. Penderita semacam ini biasanya acuh tak acuh terhadap semua situasi yang terjadi di sekitarnya.

E.     HUBUNGAN PERASAAN DENGAN JASMANI
Di awal telah dikatakan bahwa gejala perasaan tidak berdiri sendiri, melainkan bersangkut paut dengan gejala-gejala jiwa yang lain bahkan perasaan dengan keadaan tubuh ini memang tidak dapat disangsikan.
Contoh :
Kalau ada orang bercakap-cakap biasanya disertai dengan gerakan tangan. Gerakan ini tidak lain dari ungkapan perasaan untuk memperjelas apa yang dikatakannya.
Dari contoh di atas jelaslah bahwa ada hubungan antara gejala emosi dengan keadaan tubuh. Hubungan ini tidak hanya merupakan pengaruh searah, melainkan benar-benar ada hubungan timbal balik.
Keadaan tubuh dapat mempengaruhi perasaan dan ada pula perasaan yang menimbulkan gerakan tubuh. Kenyataan tersebut banyak kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan kita dapat mengira-irakan apa yang dirasakan orang lain dengan memperhatikan gerakan-gerakannya secara visual, misalnya, dari gerak matanya, lirik matanya, dan sebagainya.
 Dengan memperhatikan kerut keningnya, gerak mulutnya, kita dapat mengetahui apakah orang itu sedang marah atau sedang suka, atau jemu. Banyak perasaan yang timbul bersamaan dengan peristiwa tubuh. Tertawa, membentak-bentak, mengepalkan tangan, tidak lain adalah gerakan yang menyertai perasaan. Tari-tarian, senam irama adalah gerakan untuk mengungkapkan perasaan.
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud: mimik, gerakan roman muka.
-          Pantomimik, gerakan-gerakan anggota badan, bahasa orang bisu tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang termasuk mimik dan pantomimik.
-          Gerakan pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan sebagainya.

F.     DASAR-DASAR POKOK DARI EMOSI
Tindakan manusia dipengaruhi oleh dorongan dan tekanan-tekanan emosional maupun oleh hasil berpikir dan pertimbangan yang objektif.
Ada tiga dasar pokok dari emosi, yaitu :
·         Aspek pengalaman batiniah
·         Aspek tingkah laku yang tampak
·         Perubahan-perubahan fisiologis secara internal

Istilah emosi kurang lebih dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang muncul dari organisme manusia. Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar yang mempengaruhi kegiatan jasmani, yang menghasilkan penginderaan-penginderaan organis dan kinestetis dan ekspresi yang menampak, serta dorongan-dorongan dan suasana perasaan yang kuat.
Emosi tidak sama dengan dorongan atau kehendak ataupun motif. Tetapi terdapat suatu hubungan sebab akibat antara emosi dengan hal tersebut. Fungsi suatu emosi meliputi perubahan fisiologis, tingkah laku yang menampak, perasaan-perasaan dan tekanan-tekanan.
Beberapa perasaan sudah dialami sejak masa awal bayi. Karena anak mereaksi secara emosional, anak tersebut memperoleh beberapa pengertian tentang tingkah lakunya sendiri dan tingkah laku orang lain mengenai dirinya. Juga sebelum ia dapat mengalami suatu reaksi emosional, mula-mula ia harus sudah mengembangkan kemampuan untuk mengenal suatu perangsang sebagai penyebab timbulnya emosi.
Apabila otak yang disebut “cortical areas” sudah cukup berkembang, anak mengordinasikan pola-pola tingkah lakunya melalui larangan-larangan, peraturan-peraturan dan kontrol yang langsung terhadap perbuatan-perbuatannya dengan proses-proses mentalnya. Karena itu melalui pengalaman-pengalaman di masa-masa permulaan hidupnya, pola-pola emosi dibentuk atau diubah.2


G.    BERBAGAI REAKSI EMOSIONAL
Reaksi emosi merupakan gejala jiwa yang kompleks, yang mempunyai bentuk dan variasi bermacam-macam. Diantara reaksi emosional itu ialah :
a.       Terkejut, ialah yang terjadi dengan tiba-tiba karena adanya hal-hal yang tidak tersangka sebelumnya.
b.      Sedih, ialah kekosongan jiwa merasa kehilangan sesuatu yang dihargai.
c.       Gembira, ialah rasa positif terhadap sesuatu yang dihadapi.
d.      Takut, ialah perasaan lemah atau tidak berani menghadapi sesuatu keadaan.
e.       Gelisah, ialah semacam takut, tetapi dalam taraf yang ringan. Kegelisan merupakan suasana jiwa berhubungan dengan sesuatu yang belum diketahui kepastiannya, ketidak-tentuan mengenai sesuatu hak, ketidak-tegasan, dsb.
f.       Khawatir, ialah merasa tidak berdaya sesuati dipandang lebih kuasa dan disertai perasaan terancam.
g.      Marah, reaksi terhadap sesuatu rintangan yang menyebabkan gagalnya suatu usaha.
h.      Heran, ialah suatu reaksi terhadap sesuatu objek yang belum pernah dialami.
i.        Giris, ialah perasaan yang timbul pada seseorang apabila tidak terdapat lagi keseimbangan antara dirinya dan lingkungan. Penderitaan tidak sanggup lagi menghadapi kehidupan. Perasaan ini mempengaruhi kehidupan penderitaan, oleh karena itu perasaan tersebut dapat timbul setiap saat.

 















BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Gejala perasaan (rasa) berlainan dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengarui oleh keadaan diri seseorang, apa yang enak, indah, menyenangkan bagi seseorang tertentu, belum tentu juga enak, indah, menyenangkan, bagi orang lain.
Perasaan-perasaan rohaniah harus diperkembangkan sebaik-baiknya. Dan ini dapat dilakukan dalam hampir semua situasi pendidikan.
Perasaa-perasaan tertentu sangat jelas perkembangannya pada masa remaja, seperti misalnya perasaan kebangsaan, perasaan sosial, perasaan keagamaan. Para pendidik harus mempergunakan masa peka ini secaa sebaik-baiknya.
Secara ideal, perasaan-perasaan itu harus diperkembangkan secara seimbang dan selaras.



 
B.   REFERENSI
ü  Sujanto, Agus, Drs. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Askara.
ü  Ahmadi, Abu, Drs,dan Umar, M, M.A.1982. Psikologi Umum. Surabaya: PT. BingIlmu.
ü  Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali.
ü  Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.