BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada
umumnya masyarakat cenderung berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang
ada dalam masyarakat. Perilaku di pasar dituntun oleh institusi di bidang
ekonomi, perilaku di tempat ibadah dituntun oleh institusi di bidang agama,
perilaku di kotak suara atau mimbar organisasi politik dipengaruhi institusi di
bidang politik. Inilah yang sering disebut dengan konformitas. Akan tetapi hal
ini sering diselewengkan, dan inilah yang disebut dengan penyimpangan sosial.
Perilaku
sosial merupakan hal terpenting dalam suatu sosialisasi kehidupan, tak
sedikitpun seseorang mengelak akan keberadaan perilaku sosial di sekitar kita.
Oleh karena itu, kehidupan di masyarakat sangat sarat dengan perilaku sosial,
baik itu perilaku sosial yang individualis maupun kolektif. Keberadaan perilaku ini
membawa dampak tersendiri bagi dunia sosial yakni penyimpangan dari perilaku
sosial tersebut.
Dalam
kehidupan di Indonesia, banyak kita temukan berbagai macam bentuk penyimpangan
dari perilaku sosial kolektif, bahkan hal ini telah merambah hingga ke seluruh
aspek institusi di berbagai bidang.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan perilaku kolektif dan perilaku menyimpang?
2.
Bagaimanakah
ciri-cirinya?
3.
Apa
saja yang menjadi faktor penentunya?
4.
Bagaimanakah
perilaku kolektif yang menyimpang dari tatanan sosial?
5.
Apa
saja bentuk dan sifat perilaku menyimpang?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perilaku
Kolektif
1.
Pengertian
Ahli
sosiologi menggunakan istilah perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok
orang yang muncul secara spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap
kejadian tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa ,
sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif
spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelom\pok orang, yang
bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita
dapat membedakan antara perilaku kolektif dengan perilaku yang rutin.
Horton
dan Hunt berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah mobilisasi berlandaskan
pandangan yang mendefinisikan kembali tindakan sosial, menurut Milgran dan
Touch ialah suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif, tidak
terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya
tidak terencana dan hanya tergantung pada stimulasi timbal balik yang muncul
dikalangan para pelakunya, dan senada pula dengan pendapat Robetson .
Perilaku
kolektif merupakan perilaku menyimpang namun berbeda dengan perilaku menyimpang
karena perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang,
bukan tindakan individu semata-mata. Bila seseorang melakukan pencurian di
suatu toko, maka hal ini termasuk suatu perilaku menyimpang, namun bila
sejumlah besar orang secara bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat
perdagangan untuk melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah
kota di Pulau Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu
perilaku kolektif. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan
gerakan sosial. Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa
bersifat benda, peristiwa, maupun ide.
2.
Ciri-ciri
Perilaku Kolektif
·
Dilakukan
bersama oleh sejumlah orang.
·
Tidak
bersifat rutin
·
Dipicu
oleh beberapa rangsangan
3.
Faktor
Penentu Perilaku Kolektif
Perilaku
kolektif bisa terjadi dimasyarakat mana saja, baik masyarakat yang sederhana
maupun yang kompleks. Menurut teori Le Bon perilaku
kolektif dapat ditentukan oleh 6 faktor berikut ini :
a)
Situasi
sosial
Situasi yang
menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi tertentu.
b)
Ketegangan
struktural
Semakin besar
ketegangan struktural, semakin besar pula peluang terjadinya perilaku kolektif.
Kesenjangan dan ketidakserasian antar kelompok sosial, etnik, agama dan ekonomi
yang bermukim berdekatan, misalnya, membuka peluang bagi terjadinya berbagai
bentuk ketegangan.
c)
Berkembang
dan menyebarnya suatu kepercayaan umum
Dalam
masyarakat sering beredar berbagai desas-desus yang dengan sangat mudah
dipercaya kebenarannya dan kemudian disebarluaskan sehingga dalam situasi rancu
suatu desas-desus berkembang menjadi suatu pengetahuan umum yang dipercaya dan
diyakini kebenarannya oleh khalayak.
d)
Faktor
yang mendahului
Faktor ini
merupakan faktor penunjang kecurigaan dan kecemasan yang dikandung masyarakat.
Desas-desus dan isu yang berkembang dan dipercayai oleh khalayak memperoleh
dukungan dan penegasan.
e)
Mobilisasi
perilaku oleh pemimpin untuk bertindak
Perilaku
kolektif terwujud manakala khalayak dimobilisasikan oleh pimpinannya untuk
bertindak.
f)
Berlangsungnya
pengendalian sosial
Faktor
keenam ini merupakan kekuatan yang justru dapat mencegah, mengganggu ataupun
menghambat akumulasi kelima faktor penentu sebelumnya.
4.
Perilaku
kolektif yang menyimpang dari tatanan sosial
Bentuk
penyimpangan sosial dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan
sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau
tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.
-
Tindak Kenakalan
Suatu
kelompok yang didominasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan
sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum
tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu.
Contoh
penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan,
mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas,
corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.
-
Tawuran / Perkelahian Antar
Kelompok
Pertemuan
antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan
mampu menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang
lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. Contoh : tawuran anak sma 7
dengan anak sma 6, tawuran penduduk, dan sebagainya.
-
Tindak Kejahatan Berkelompok /
Komplotan
Kelompok
jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun
secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan
tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya.
Contoh : Perampok, perompak, penjajah, grup koruptor, dan lain-lain.
-
Penyimpangan Budaya
Penyimpangan
kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang
berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh :
merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar
sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, dsb.
B.
Perilaku
Menyimpang
1.
Pengertian
Perilaku
menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Definisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah
laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam
kehidupan masyarakat,
semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai
dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah
kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya
seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu
siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan
pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant).
Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering disebut dengan konformitas.
Konformitas adalah bentuk interaksi
sosial yang di dalamnya seseorang
berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.
2.
Faktor penyebab
terjadinya perilaku menyimpang
Menurut
Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
-
Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
-
Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua
dan anak yang tidak serasi.
3.
Bentuk-bentuk
dan contoh perilaku menyimpang
·
Penyimpangan
primer
Penyimpangan yang bersifat temporer
atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.
Ciri-ciri penyimpangan
primer :
1) bersifat sementara,
2) gaya hidupnya tidak
didominasi oleh perilaku menyimpang, dan
3) masyarakat masih
mentolerir/menerima.
Contoh penyimpangan
primer :
-
Pegawai yang membolos
kerja,
-
Siswa yang membolos atau
menyontek saat ujian,
-
Mengurangi besarnya
pajak pendapatan, dan
-
Pelanggaran peraturan
lalu lintas.
·
Penyimpangan
sekunder
Perbuatan yang
dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Sehingga
akibatnya juga cukup parah serta mengganggu orang lain
Ciri-ciri penyimpangan sekunder :
1) gaya hidupnya didominasi oleh perilaku
menyimpang, dan
2) masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku
menyimpang tersebut.
Contoh penyimpangan sekunder :
pembunuhan, perjudian, perampokan, dan pemerkosaan.
4.
Sifat-sifat
perilaku menyimpang
·
Penyimpangan
positif
Adalah yang mempunyai
dampak positif karena mengandung unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya alternatif. Merupakan
penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun
cara yang dilakukan tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku.
Contoh : seorang ibu
rumah tangga terpaksa harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.
·
Penyimpangan
negatif
Adalah penyimpangan yang
cenderung bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan
berakibat buruk. Dalam penyimpangan ini, tindakan yang dilakukan akan dicela
oleh masyarakat dan pelakunya tidak dapat ditolerir oleh masyarakat. Contoh
: pembunuhan dan pemerkosaan.
BAB III
PENUTUP
ü Kesimpulan
Perilaku
yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat dalam masyarakat dalam
sosiologi dinamakan perilaku kolektif, yaitu perilaku yang (1) dilakukan
bersama oleh sejumlah orang, (2) tidak bersifat rutin, dan (3) merupakan tanggapan
terhadap rangsangan tertentu. Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang
yang merupakan tindakan bersama sejumlah orang dan merupakan perilaku yang
tidak rutin. Perilaku kolektif dipicu oleh suatu rangsangan yang sama dan dapat
terdiri atas suatu peristiwa, benda, atau ide.
Pengendalian sosial mengacu pada
suatu proses baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, di mana
dalam proses pengendalian sosial tersebut masyarakat dibuat agar mematuhi
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bentuk pengendalian sosial berkaitan
dengan pemberian sanksi baik yang berupa hukuman maupun imbalan pada perilaku
yang disetujui maupun tidak disetujui oleh masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunarto,
Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI
hallo
BalasHapusmau kasih sedikit saran untuk pemilihan font nya tolong dengan warna-warna gelap agar nyaman dimata pembaca, isi artikelnya sangat membantu, terimakasih.
Dampak perilaku kolektif menyimpang apa?
BalasHapus