Halaman

Jumat, 11 Mei 2012

PERILAKU KOLEKTIF DAN PERILAKU MENYIMPANG

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pada umumnya masyarakat cenderung berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang ada dalam masyarakat. Perilaku di pasar dituntun oleh institusi di bidang ekonomi, perilaku di tempat ibadah dituntun oleh institusi di bidang agama, perilaku di kotak suara atau mimbar organisasi politik dipengaruhi institusi di bidang politik. Inilah yang sering disebut dengan konformitas. Akan tetapi hal ini sering diselewengkan, dan inilah yang disebut dengan penyimpangan sosial.
Perilaku sosial merupakan hal terpenting dalam suatu sosialisasi kehidupan, tak sedikitpun seseorang mengelak akan keberadaan perilaku sosial di sekitar kita. Oleh karena itu, kehidupan di masyarakat sangat sarat dengan perilaku sosial, baik itu perilaku sosial yang individualis maupun kolektif. Keberadaan perilaku ini membawa dampak tersendiri bagi dunia sosial yakni penyimpangan dari perilaku sosial tersebut.
Dalam kehidupan di Indonesia, banyak kita temukan berbagai macam bentuk penyimpangan dari perilaku sosial kolektif, bahkan hal ini telah merambah hingga ke seluruh aspek institusi di berbagai bidang.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku kolektif dan perilaku menyimpang?
2.      Bagaimanakah ciri-cirinya?
3.      Apa saja yang menjadi faktor penentunya?
4.      Bagaimanakah perilaku kolektif yang menyimpang dari tatanan sosial?
5.      Apa saja bentuk dan sifat perilaku menyimpang?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perilaku Kolektif
1.      Pengertian
Ahli sosiologi menggunakan istilah perilaku kolektif mengacu pada perilaku sekelompok orang yang muncul secara spontan, tidak terstruktur sebagai respons terhadap kejadian tertentu. Perilaku kolektif adalah suatu perilaku yang tidak biasa , sehingga perilaku kolektif dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang relatif spontan, tidak terstruktur dan tidak stabil dari sekelom\pok orang, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan. Sehingga kita dapat membedakan antara perilaku kolektif dengan perilaku yang rutin.
Horton dan Hunt berpendapat bahwa perilaku kolektif ialah mobilisasi berlandaskan pandangan yang mendefinisikan kembali tindakan sosial, menurut Milgran dan Touch ialah suatu perilaku yang lahir secara spontan, relatif, tidak terorganisasi serta hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak terencana dan hanya tergantung pada stimulasi timbal balik yang muncul dikalangan para pelakunya, dan senada pula dengan pendapat Robetson .
Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang namun berbeda dengan perilaku menyimpang karena perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar orang, bukan tindakan individu semata-mata. Bila seseorang melakukan pencurian di suatu toko, maka hal ini termasuk suatu perilaku menyimpang, namun bila sejumlah besar orang secara bersama-sama menyerbu toko-toko dan pusat-pusat perdagangan untuk melakukan pencurian atau penjarahan (sebagaimana di sejumah kota di Pulau Jawa pada tahun 1998 dan 1999), maka hal ini termasuk suatu perilaku kolektif. Perilaku kolektif meliputi perilaku kerumunan (crowd) dan gerakan sosial. Rangsangan yang memicu terjadinya perilaku kolektif bisa bersifat benda, peristiwa, maupun ide.

2.      Ciri-ciri Perilaku Kolektif
·         Dilakukan bersama oleh sejumlah orang.
·         Tidak bersifat rutin
·         Dipicu oleh beberapa rangsangan


3.      Faktor Penentu Perilaku Kolektif
Perilaku kolektif bisa terjadi dimasyarakat mana saja, baik masyarakat yang sederhana maupun yang kompleks. Menurut teori Le Bon perilaku kolektif dapat ditentukan oleh 6 faktor berikut ini :
a)      Situasi sosial
Situasi yang menyangkut ada tidaknya pengaturan dalam instansi tertentu.

b)      Ketegangan struktural
Semakin besar ketegangan struktural, semakin besar pula peluang terjadinya perilaku kolektif. Kesenjangan dan ketidakserasian antar kelompok sosial, etnik, agama dan ekonomi yang bermukim berdekatan, misalnya, membuka peluang bagi terjadinya berbagai bentuk ketegangan.

c)      Berkembang dan menyebarnya suatu kepercayaan umum
Dalam masyarakat sering beredar berbagai desas-desus yang dengan sangat mudah dipercaya kebenarannya dan kemudian disebarluaskan sehingga dalam situasi rancu suatu desas-desus berkembang menjadi suatu pengetahuan umum yang dipercaya dan diyakini kebenarannya oleh khalayak.

d)     Faktor yang mendahului
Faktor ini merupakan faktor penunjang kecurigaan dan kecemasan yang dikandung masyarakat. Desas-desus dan isu yang berkembang dan dipercayai oleh khalayak memperoleh dukungan dan penegasan.

e)      Mobilisasi perilaku oleh pemimpin untuk bertindak
Perilaku kolektif terwujud manakala khalayak dimobilisasikan oleh pimpinannya untuk bertindak.

f)       Berlangsungnya pengendalian sosial
Faktor keenam ini merupakan kekuatan yang justru dapat mencegah, mengganggu ataupun menghambat akumulasi kelima faktor penentu sebelumnya.



4.      Perilaku kolektif yang menyimpang dari tatanan sosial
Bentuk penyimpangan sosial dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau kejahatan kelompok.
-          Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didominasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu.
Contoh penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.
-          Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok
Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. Contoh : tawuran anak sma 7 dengan anak sma 6, tawuran penduduk, dan sebagainya.
-          Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak, penjajah, grup koruptor, dan lain-lain.
-          Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, dsb.


B.     Perilaku Menyimpang
1.      Pengertian
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Definisi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

2.      Faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua,  yaitu sebagai berikut :
-          Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
-          Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
           



3.      Bentuk-bentuk dan contoh perilaku menyimpang
         
·         Penyimpangan primer
Penyimpangan yang bersifat temporer atau sementara dan hanya menguasai sebagian kecil kehidupan seseorang.
Ciri-ciri penyimpangan primer :                  
1)      bersifat sementara,
2)      gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang, dan
3)      masyarakat masih mentolerir/menerima.
Contoh penyimpangan primer :      
-          Pegawai yang membolos kerja,
-          Siswa yang membolos atau menyontek saat ujian,
-          Mengurangi besarnya pajak pendapatan, dan
-          Pelanggaran peraturan lalu lintas.

·         Penyimpangan sekunder
Perbuatan yang dilakukan secara khas dengan memperlihatkan perilaku menyimpang. Sehingga akibatnya juga cukup parah serta mengganggu orang lain
  Ciri-ciri penyimpangan sekunder :        
1)      gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang, dan
2)      masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.
Contoh penyimpangan sekunder :               
pembunuhan, perjudian, perampokan, dan pemerkosaan.

4.      Sifat-sifat perilaku menyimpang
·         Penyimpangan positif
Adalah yang mempunyai dampak positif karena mengandung unsur inovatif,  kreatif, dan memperkaya alternatif. Merupakan penyimpangan yang terarah pada nilai-nilai sosial yang didambakan, meskipun cara yang dilakukan tampaknya menyimpang dari norma yang berlaku.
Contoh : seorang ibu rumah tangga terpaksa harus menjadi sopir taksi karena desakan ekonomi.

·         Penyimpangan negatif
Adalah penyimpangan yang cenderung bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk. Dalam penyimpangan ini, tindakan yang dilakukan akan dicela oleh masyarakat dan pelakunya tidak dapat ditolerir oleh masyarakat. Contoh : pembunuhan dan pemerkosaan.          























 BAB III
PENUTUP
ü  Kesimpulan
Perilaku yang tidak berpedoman pada institusi yang terdapat dalam masyarakat dalam sosiologi dinamakan perilaku kolektif, yaitu perilaku yang (1) dilakukan bersama oleh sejumlah orang, (2) tidak bersifat rutin, dan (3) merupakan tanggapan terhadap rangsangan tertentu. Perilaku kolektif merupakan perilaku menyimpang yang merupakan tindakan bersama sejumlah orang dan merupakan perilaku yang tidak rutin. Perilaku kolektif dipicu oleh suatu rangsangan yang sama dan dapat terdiri atas suatu peristiwa, benda, atau ide.
Pengendalian sosial mengacu pada suatu proses baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan, di mana dalam proses pengendalian sosial tersebut masyarakat dibuat agar mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat. Bentuk pengendalian sosial berkaitan dengan pemberian sanksi baik yang berupa hukuman maupun imbalan pada perilaku yang disetujui maupun tidak disetujui oleh masyarakat.




















DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Kamanto. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI



2 komentar:

  1. hallo
    mau kasih sedikit saran untuk pemilihan font nya tolong dengan warna-warna gelap agar nyaman dimata pembaca, isi artikelnya sangat membantu, terimakasih.

    BalasHapus
  2. Dampak perilaku kolektif menyimpang apa?

    BalasHapus